Beranda » Kepala Desa Karangasih Buka Suara Terkait Kericuhan antar Suporter di Karangasih Cup 

Kepala Desa Karangasih Buka Suara Terkait Kericuhan antar Suporter di Karangasih Cup 

Jaringanpublik.com, Kabupaten Bekasi – Terkait ramainya pemberitaan dengan dugaan Kepala Desa Karangasih, Samsu Dawam melakukan pemukulan terhadap dua penonton sepak bola pada pertandingan Final Karangasih Cup yang ke-5 yang menyebabkan kericuhan antar penonton. Hal tersebut membuat Kepala Desa Karangasih angkat bicara dan melakukan klarifikasi kepada awak media.

Kepala Desa Karangasih, Samsu Dawam mengungkapkan, dirinya dalam peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan ini, ingin meluruskan agar tidak sepihak dalam memberikan keterangan dimedia masa.

“Kronologi ini saya ceritakan dari awal agar semua bisa clear. Pertama – tama dari mulai dimulainya pertandingan ini dimulai berjalan dengan lancar dengan digelarnya pertandingan antara perebutan juara ketiga dan juara harapan,” ujar pria yang akrab disapa Cacu ini kepada awak media. Pada Selasa (27/08/24).

Dijelaskan Cacu, memasuki pertandingan Final yang mempertandingkan antara RW 04 vs RW 05 sudah mulai banyak penonton yang menyaksikan dan tribun Stadion Mini Cikarang Utara pun dipadati oleh penonton atau para pendukung (suporter) RW 04 – 05.

“Memang benar sebelum pertandingan final digelar kedua belah pihak suporter memasang kembang api atau petasan. Dalam hal ini kembang api ini pun dipasang didalam lapangan, tidak didalam tribun penonton, dan pertandingan pun dimulai,” katanya.

Cacu menerangkan, awal mula kejadian – kejadian itu dipicu dari hal – hal kecil yang sudah pihak panitia ketahui dengan suporter salahsatu team yang melakukan pelemparan botol air mineral ke arah lapangan yang mengakibatkan beberapa panitia terkena lembaran botol air meniral tersebut. Dalam hal ini panitia melakukan tindakan dengan melakukan teguran kepada oknum penonton tersebut yang diduga dilakukan oleh sodara D dan teman – temannya.

“Dalam hal ini kami sebagai panitia sudah melakukan peneguran untuk tidak berbuat seperti itu bahkan melakukan peneguran melalui pengarah suara atau speker. Hal tersebut dilakukan menjelang babak pertama berakhir,” bebernya.

Masih kata Cacu, puncak dari kejadian kericuhan tersebut dipicu oleh sodara D dengan melakukan memasang kembang api atau petasan didalam tribun kearah pemain sebelum pertandingan babak kedua selesai beberapa menit lagi. Tentu perbuatan tersebut sudah diluar batas, yang harus segera dilakukannya tindakan dengan menyambangi sodara D dengan merampas kebang api atau petasan didalam genggaman tangan sodara D.

“Dalam hal ini ungkapan dari pihak D dalam memberikan keterangan di berbagaimacam media dengan memasang kembang api tersebut kearah atas, itu tidak benar atau mengada – ngada. Kalau memang keatas menurut saya pastinya kembang api tersebut kena atap tribun penonton. Dalam kejadian ini banyak saksi yang melihat kejadian tersebut mereka menembakan kebang api kearah lapangan. Dalam hal ini juga panitia was – was dan takut hal – hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti, mengenai anak – anak kecil yang bersama orang tuanya atau ibunya sedang ikut menyaksikan laga final tersebut,” tegas Cacu yang juga menjabat sebagai Penanggungjawab Turnamen Karangasih Cup yang ke – 5.

Sambung Cacu, pihaknya sukses mengadakan turnamen – turnamen sebelumnya dan saat ini yang ke-5 tentunya ini sebagai pesta rakyat diajang dunia olahraga dalam HUT RI. Sebetulnya dalam kejadian ini diluar dugaan pihak panitia dengan sodara D memasang kembang api kearah lapangan atau pemain, yang berpotensi terjadi hal – hal yang tidak pihak panitia inginkan. Saat dikonfirmasi terkait adanya dugaan pemukulan terhadap sodara D dan sodara BN, Cacu mengatakan, dirinya pada saat itu secara spontan melihat sodara D memasang kembang api dari tribun dan langsung mengambil tindakan dengan melakukan tindakan merampas kembang api tersebut dari pihak sodara D, bukan memukul sodara D. 

“Jadi saya tegaskan atau luruskan saya bukan melakukan pemukulan terhadap sodara D dengan kekuatan penuh. Saya hanya merampas kembang api nya sodara D, karena saya lihat gara – gara kembang api tersebut penonton berhamburan dan berlarian, yang berpotensi terjadinya kericuhan, kalau sodara BN saya hanya melerai atau memisahkan sodara BN yang bertikai kepada pihak suporter lain,” tegasnya.

Masih kata Cacu, setelah kejadian itu, sempat beberapa menit terjadi kericuhan serta kepanikan dari penonton lain. Pihaknya bersyukur tindakan tepat secara terukur melerai kedua belah pihak dan mengamankan yang diduga provokator berhasil diamankan oleh pihak panitia. 

“Kalau saya tidak segera melakukan tindakan tersebut sama saja saya membiarkan suasana atau keadaan ini menjadi semakin panas yang diduga akan memicu pertikaian antara suporter dari kedua belah pihak. Alhamdulillah saya dan panitia sudah melakukan tindakan yang mencerminkan sikap tanggungjawab terhadap acara dan keselamatan warga yang sedang menyaksikan pertandingan tersebut, kalau menurut saya dan masyarakat lainnya menilai ini suatu cermin pemimpin yang bertangungjawab, bukan seperti keterangan yang dituduhkan oleh pihak sodara D dan BN,” paparnya.

Cacu sangat menyangkan kepada pihak sodara D dan BN yang mengukapkan didalam media akan melakukan pelaporan atau tindakan hukum kepada dirinya. Dalam hal ini juga, Cacu menegaskan, tidak akan mungkin melakukan tindakan hukum terhadap warganya. Pasalnya, tidak seorang pemimpin melaporkan warganya.

“Itu hak mereka untuk melakukan proses hukum atau melapor, kita sih tidak akan melakukan proses lapor balik, karena saya berharap adanya proses kekeluargaan atau musyawarah untuk mufakat, disini saya pasca kejadian tersebut saya langsung melakukan proses persuasif dengan berusaha menemui sodara D dan BN untuk melakukan mengklarifikasi. Dan saya juga berharap agar kejadian ini tidak ada yang menunggangi dan memanas – manasi suasana menjadi tidak kondusif dan memperkeruh suasana yang ada saat ini,” terangnya.

Cacu berharap, kedepannya hal ini tidak terjadi lagi. Pasalnya dalam pesta rakyat dalam memeriahkan HUT RI seharusnya masyarakat terhibur, bukan malah jadi ajang perpecahan antar warga Karangasih. 

“Atas kejadian tersebut saya sebagai Kepala Desa Karangasih secara pribadi meminta dibukankan pintu maaf sebesar – besarnya kepada masyarakat yang menyaksikan kejadian ini langsung dilapangan atas ketidak nyamanannya. Jadi kedepannya hal tersebut menjadi evaluasi buat kami dalam mengadakan acara – acara selanjutnya untuk slalu menjaga silaturahmi antar warga. Alhamdulillah dalam pertandingan Karangasih Cup yang ke-5 ini dijuarai oleh RW 04, juara ke 2 diraih oleh RW 05, juara ke 3 diraih oleh RW 06 dan juara harapan diraih oleh RW 10,” pungkasnya.

Sebelumnya.

Dikutip terkenal.co.id – Dudung, diduga Korban dari baku hantam dalam turnamen di Karangasih Cup yang ke – 5 2024 yang terjadi beberapa hari lalu kini buka suara kepada publik.

Diketahui, Keributan baku hantam turnamen Karangasih Cup ini terjadi pada Minggu (25/8/2024) sore. Dalam video itu pihak keluarga Dudung, Yuda, mengklaim awal mulanya oknum Kepala Desa Karangasih inisial SD yang memukul dengan keras.

Yuda menceritakan, saat itu Dudung menyalahkan petasan pada pertandingan diwaktu akan berakhir, karena sebelumnya ada juga yang menyalakan petasan.

Lebih lanjut, Yuda menjelaskan hal menduga oknum Kepala Desa tidak suka terhadap Dudung.

“Tanpa menegur, tanpa mengucapkan apapun kepala desa langsung menampar korban (Dudung) dengan kekuatan penuh,” ujaranya.

Kami sangat menyayangkan sebagai keluarga terhadap sikap kepala desa yang sangat memalukan. Dimana seharusnya kepala desa memberikan contoh yang baik, tapi malah sebaliknya tidak memberikan contoh yang baik. Sebenarnya cukup ditegur saja juga cukup,” sambung dia.

Yuda pun tegaskan jika tidak ada itikad baik dari pihak oknum kepala desa, pihaknya akan mengambil langkah hukum sesuai dengan aturan yang berlaku.

“Kami meminta kepada teman-teman media untuk mengawal proses ini sampai dengan selesai,” bebernya.

Sementara itu, Dudung korban pemukulan mengatakan Kepala Desa Karangasih, usai keributan di lapangan dirinya dan warga lainnya menunggu Kepala Desa untuk meminta maaf dan saling memaafkan.

“Sampai pulang saya menunggu bersama warga lainnya, barangkali kepala desa khilaf saat itu dan meminta maaf, kami juga sebagai warganya akan memaafkan serta saya juga secara pribadi akan meminta maaf atas perbuatan saya,” ucap Dudung.

Penulis  : Redaksi

Editor     : Redaksi 

TOP