Beranda » Krisis Air Persawahan di Karangbahagia Rugikan Para Petani

Krisis Air Persawahan di Karangbahagia Rugikan Para Petani

 

Area persawahan yang Kekeringan di Kecamatan Karangbahagia, Kabupaten Bekasi

Jaringanpublik.com || Kabupaten Bekasi – Para petani di Kecamatan Karangbahagia, Kabupaten Bekasi kini tengah gelisah lantaran sawah yang digarapnya mengalami krisis air.


Hal ini disebabkan minimnya air dari aliran Kali Cilemahabang yang terhubung ke saluran irigasi di Kecamatan Karangbahagia, Kabupaten Bekasi diduga kekurangan pasokan air dikarenakan banyaknya endapan sendimentasi air dan sampah kali SS Sukatani, seperti diketahui, kawasan Kecamatan Karangbahagia terdapat lima lahan pertanian yang diperuntukan untuk persawahan, diantaranya meliputi, Desa Sukaraya, Desa Karangrahayu, Desa Karangsetia, Desa Karanganyar, Desa Karangsentosa, dan Desa Karangbahagia.


Rimun (74), salah seorang petani mengungkapkan sawah miliknya memiliki air yang cukup saat pertama kali ditanami padi. Namun, setelah padi berumur satu sampai dua bulan, sawah miliknya mulai mengering dan kini nyaris tidak ada kandungan air, alhasil pertumbuhan padi pun dirasa terganggu.


“Umur padi dua bulan mah ada, tapi padi nggak bisa gede-gede, Waktu nandur bulan April ada air, sekarang kondisinya sama sekali enggak ada air. Padi sebulan setengah sudah susah panen, kalau enggak dibantu sama air,” ujar, Rimun kepada wartawan, Rabu (07/06/23).


Rimun mengaku, memiliki empat petak sawah dengan luas mencapai 6.000 meter persegi. Sawah tersebut ditanami padi jenis inpari 32. Varietas padi yang tahan terhadap penyakit dan hama ini tetap sulit berkembang karena kekurangan air.


“Biasanya begitu ada air langsung dikasih urea, langsung subur lagi. Tapi ini udah enggak ada air. Kami bulan kemarin sampai demo ke kecamatan,” katanya.


Kendati demikian, Rimun meminta kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi agar segera menangani masalah lahan sawah yang mengering, kondisi saat ini membuat petani merugi. Untuk memulai menanam padi, Rimun mengaku sudah mengeluarkan modal Rp 5,5 juta.


“Ya sudah rugi. Sewa traktor sama nandur aja sudah Rp 3 juta. Belum obat sempret Rp 1,7 juta. Sama yang lainnya habis Rp 5,5 juta. Harapannya pengen bagus lagi airnya. Minimal ini bisa balik modal,” pungkasnya.


Sementara itu, para petani lainnya mengatakan, keringnya sawah karena sistem irigasi yang buruk. Belum lagi banyak saluran yang terhambat sedimentasi yang tinggi serta tersumbat sampah.


“Jadi saluran di atasnya itu katanya banyak sampah, jadi air kesumbat. Harus ini bisa cepet dibenahin biar air bagus lagi. Kami juga pengennya ini irigasi lebarin biar enggak ada kekeringan lagi,” katanya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TOP