Jaringanpublik.com, Kabupaten Bekasi – Malam puncak Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke – 78 dan Milad Pondok Pesantren (Ponpes) At-Taqwa Ke – 67, Ponpes At-Taqwa mengadakan Majlis Tasyakur Akbar dengan menghadirkan Ustadz Abdul Somad (UAS). Acara ini merupakan rangkaian lanjutan dari Upacara Kemerdekaan di tanggal 17 Agustus 2023 lalu yang dilakukan di Area Gedung STAI At-Taqwa. Yang mana pada acara malam ini, dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan masyarakat Babelan dan sekitarnya. Acara ini adalah hajat gabungan antara Pondok Pesantren, Yayasan At-Taqwa, serta Dewan Masjid At-Taqwa. Untuk merayakan Kemerdekaan Republik Indonesia dan Hari Jadi At-Taqwa.
Ketua Panitia, Ustad H. Husni Mubarok Lc.,M.Thi mengatakan, bahwa acara ini adalah acara semarak Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke – 78 dan juga milad yayasan At-Taqwa yang Ke – 67.
“Jadi kita gabung acaranya, antara milad yayasan dengan pembukaan tahun ajaran baru Pondok Pesantren At-Taqwa Putra dengan memanggil Ustadz Abdul Somad,” ujarnya.
Sementara itu dalam acara tersebut Ustadz Abdul Somad menceritakan lima keistimewaan KH. Noer Ali, yaitu, yang pertama adalah KH Noer Ali menuntut ilmu itu sejauh mata memandang. Walaupun pada waktu itu belum ada pesawat, namun dahulu beliau bisa belajar, bisa kuliah sampai Makkah.
Yang kedua, KH Noer Ali tidak hanya sekedar belajar, namun juga menjadi Ketua Muslimin Indonesia yang ada di Makkah, yang mana beliau juga terkenal aktif organisasi.
Yang ketiga, KH. Noer Ali tidak menetap di kota Makkah, walau kota Makkah mulia namun beliau tetap ingat pulang ke kampung halaman. Yang keempat, KH Noer Ali itu aktif berpolitik.
Yang pada waktu itu menjadi ketua Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Dan akhirnya bersatu umat Islam bukan hanya dari ceramah dan tabligh akbar tapi juga dari bidang politik memperjuangkan hak konstitusional di parlemen.
Yang kelima, KH Noer Ali adalah sosok pejuang, beliau mengumpulkan santri-santrinya, beliau mengangkat senjata, dan akhirnya diberi gelar Singa Kerawang Bekasi.
“Beliau tidak takut mati,(عِشْ كَرِيْماً اَوْ مُتْ شَهِيْدًا), kalau hidup, hidupnya mulia. Kalau mati, matinya syahid. Akhirnya beliau tetap hidup sehat, beranak cucu, santrinya ribuan, malam ini kita mensyukuri nikmat kemerdekaan sekaligus ulang tahun pesantren At-Taqwa. Menjadi santri pesantren At-Taqwa adalah kebanggaan,” kata Ustadz Abdul Somad dalam tausiahnya.
Ustadz Abdul Somad mengatakan, punya anak di pesantren harus menjadi suatu kebanggaan, jangan malu kalau anak masuk ke pesantren, santri adalah penerus bangsa, dan di kepala mereka pasti isinya Alquran. Di pesantren Attaqwa pasti diajarkan kebaikan-kebaikan, maka ketika anak sedang dididik seharusnya walisantri mencium tangan ustadz/ustadzah berterimakasih, bukan malah bertanya mana ustadz yang memukulmu, mau Bpk laporkan ke komisi perlindungan anak.
“Jangan kalian sangka pesantren ini adalah laundry, bawa baju kotor baju busuk, lalu dicuci. Besok diambil masih bau, ngamuk-ngamuk. Ini bukan laundry tapi tempat pendidikan agama. Aslinya yang mendidik agama itu adalah Bapak Ibunya. Tapi karena kalian tidak sanggup mendidik, maka ustadz ustadzah yang mendidiknya. Mereka bukan karyawan, mereka bukan pegawai, mereka adalah orang yang dipilih Allah. Maka kata Iqbal dari Pakistan “كاد المعلم ان يكون رسولا”. Hampir saja guru itu menjadi Rasul. Seandainya ada rasul yang ke-26 mereka adalah guru-guru, tapi karena rasul terakhir adalah nabi Muhammad, mereka tidak diangkat menjadi rasul, karena mereka mendidik anak anak kita,” paparnya.
Sebagai penutup dalam tausiahnya, Ustadz Abdul Somad mendoakan Semoga Ustadz/Ustadzah At – Taqwa sehat Wal Afiat
Kyai At-Taqwa panjang umur supaya pondok ini tetap jaya, sehingga Indonesia terjaga, terpelihara dari aliran sesat, baldatun toyyibatun wa robbun ghofur.
Penulis : Rahmat Hidayatulloh
Editor : Tiar
