Beranda » Resah Adanya Bau Busuk Setiap Hari, Peternakan Lele Milik Warga Korea Diprotes Warga

Resah Adanya Bau Busuk Setiap Hari, Peternakan Lele Milik Warga Korea Diprotes Warga



Kondisi Empang Yang Tercemar (Foto: Jaringanpublik.com)

Jaringanpublik.com, Kabupaten Bekasi | Salah seorang warga Kampung Poponcol RT. 02/03, Desa Simpangan, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, memprotes adanya peternakan ikan lele yang ada di sekitar lingkungannya. Sabtu (21/01/2023) siang.

Pasalnya, setiap hari warga harus menghirup udara bau busuk yang berasal dari pakan ikan berupa macam – macam bangkai yang kemudian dipanaskan dan dihancurkan untuk pakan lele.

Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang warga yang tempat tinggalnya sangat berdekatan dengan peternakan lele tersebut. Bahkan, tak jauh dari lokasi peternakan juga terdapat lembaga pendidikan Sekolah Dasar Negeri yang tentunya pasti para siswa dan guru-guru setiap hari berhembus bau busuk tersebut.

“Setiap hari saya kalau makan, perut jadi mual, kepala pusing, mencium bau busuk,” ujar seorang ibu rumah tangga yang rumahnya sangat dekat dengan lokasi.

Warga juga menceritakan, bahwa dulunya empang-empang itu airnya bersih bisa digunakan ramai-ramai untuk sehari – hari.

“Dulu kami bisa nyuci dan mandi di empang itu, sekarang ga bisa, airnya kental, item, bau busuk, bekas bangkai-bangkai yang dijadikan ternak lelenya,” tegas warga, geram, menceritakan kepada awak media.

Beberapa warga mengaku, rata – rata kebutuhan air untuk MCK sehari – hari mereka mengandalkan dari air serapan empang-empang yang ada di lingkungannya tersebut. Tapi semenjak tiga bulan ini empang – empang tersebut ada yang mengelola untuk peternakan ikan lele.

Mayoritas, warga meminta agar lingkungannya hilang dari bau busuk, hawatir berdampak bagi kesehatan anak-anak mereka. Juga mereka memohon agar bisa mendapatkan fasilitas air bersih guna kebutuhan sehari – hari,  karena lingkungan tersebut sulit air walaupun dilakukan pengeboran Sanyo ataupun Zetpam.

Aksi protes warga sudah beberapa kali disampaikan kepada pihak pengelola, namun hingga kini belum pernah ada realisasi. Hingga akhirnya terjadi insiden dorong mendorong di lokasi empang yang mengakibatkan seorang warga terjerumus ke air dan mengakibatkan jari tangannya berdarah akibat terkena bambu tajam dan kakinya juga memar.

“tangan dan kaki saya sampai begini, kalau tidak ada itikad baik meminta maaf, saya akan laporkan hal ini ke polisi,” ungkap seorang warga yang namanya enggan disebut.

Informasi yang didapatkan dari keterangan warga, pemilik peternakan lele tersebut adalah seorang warga negara asing (WNA) asal Korea, namun dipercayakan dan dikelola oleh orang sekitar bernama Sopian Hadi yang biasa disapa bang Balok.

Di lokasi, awak media menjumpai dan mengkonfirmasi pengelola peternakan, Sopian Hadi alias Balok, menyampaikan bahwa saat insiden dengan warga, dirinya sedang tidak di lokasi.

“Saya secara pribadi akan meminta maaf, dan sudah saya sampaikan ke bos, nanti tiap tanggal lima awal bulan akan kami berikan kompensasi kepada warga sebesar 100 ribu secara rutin, juga kami akan fasilitasi air bersih kepada warga,” terang Sopian.

Terkait bau busuk dan genangan air kental hitam di empang tersebut, Sopian/Balok mengakui adanya hal tersebut.

“Air genangan di empang yang bau itu, sekarang sudah kita pindahkan, dibuang, disedot dengan diesel air ke tempat yang agak jauh,” paparnya.

Balok juga mengaku bahwa pihaknya menyewa tanah – tanah empang tersebut dari salah seorang pengelola Jababeka yang dibiayai oleh bosnya, warga Korea.

Dalam hal ini adanya peternakan ikan lele yang cukup luas sehingga berdampak bau busuk terhadap lingkungan masyarakat sekitar dan juga sangat dekat dengan lembaga pendidikan Sekolah Dasar (SD), perlu dipertanyakan surat – surat ijin keberadaannya.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TOP